• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Film Indonesia Bangkit dari Kubur: Ada Asa, Ada PR!

img

Pasar film Indonesia sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan, namun masih menghadapi beberapa tantangan. Linda Gozali, kepala JAFF Market, dan Angga Dwimas Sasongko, pendiri Visinema Group, memberikan pandangan mereka tentang tren terkini dan potensi pasar ini.

Salah satu isu utama adalah dominasi tiga jaringan bioskop besar yang juga merangkap sebagai distributor. Hal ini membuat produser independen kesulitan untuk mendapatkan layar bagi film mereka. Gozali menjelaskan bahwa persaingan sangat ketat, dengan ratusan film berebut tempat di bioskop.

Sasongko menyoroti potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai faktor kunci. Ia berpendapat bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mendorong daya beli masyarakat dan meningkatkan pendapatan box office. Saat ini, PDB Indonesia masih di bawah USD 5.000, namun dengan pertumbuhan yang berkelanjutan, pasar film memiliki potensi besar.

Namun, pertumbuhan ini belum diimbangi dengan penambahan jumlah layar yang memadai. Indonesia memiliki rasio layar per populasi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Gozali mencatat bahwa Indonesia memiliki sekitar 2.293 layar untuk populasi sekitar 280 juta jiwa.

Meskipun demikian, Sasongko optimis dengan harga tiket bioskop yang relatif terjangkau. Ia berpendapat bahwa bioskop menjadi salah satu bentuk hiburan termurah bagi masyarakat Indonesia. Ia mencontohkan kesuksesan film Jumbo yang berhasil menarik banyak keluarga ke bioskop.

Selain itu, potensi produksi bersama dengan negara lain juga menjadi sorotan. Denis Vaslin, CEO Volya Films, berbagi pengalamannya sebagai produser pendamping film This City Is A Battlefield karya Mouly Surya. Film ini melibatkan produser dari berbagai negara dan berhasil mendapatkan pendanaan dari Hubert Bals Fund.

Vaslin bercanda tentang kesuksesan film tersebut di Indonesia dibandingkan dengan Belanda. Ia menyoroti perbedaan populasi yang signifikan antara kedua negara. Sejak film ini dibuat, Belanda dan Indonesia telah menandatangani perjanjian produksi bersama resmi, membuka peluang baru bagi kolaborasi di masa depan.

Tamara Tatishvili, kepala Hubert Bals Fund, juga menekankan pentingnya dukungan pendanaan bagi proyek-proyek film yang inovatif dan berpotensi. Ia berharap dapat terus mendukung sineas Indonesia dalam menghasilkan karya-karya berkualitas yang dapat bersaing di pasar internasional.

Secara keseluruhan, pasar film Indonesia menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar, meskipun masih menghadapi beberapa tantangan. Dengan dukungan dari pemerintah, investor, dan pelaku industri, pasar ini diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian negara.

Tantangan Utama:

  • Dominasi jaringan bioskop besar
  • Jumlah layar yang terbatas
  • Persaingan ketat antar film

Peluang:

  • Pertumbuhan ekonomi
  • Harga tiket yang terjangkau
  • Potensi produksi bersama
  • Dukungan pendanaan

Kesimpulan: Pasar film Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang, namun perlu mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang yang tersedia.

Special Ads
© Copyright 2024 - Tempatnya Semua Tren, Semua Fandom!
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads